Blogger Widgets

Jumat, 19 Desember 2014

MANDALAWANGI – PANGRANGO (Soe Hok Gie)

MANDALAWANGI – PANGRANGO
(Soe Hok Gie)

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966

SEBUAH TANYA (Soe Hok Gie)

SEBUAH TANYA
(Soe Hok Gie)

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”

(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

Selasa, 1 April 1969

Kamis, 18 Desember 2014

LUKA

Kata-Kata “LUKA
  1. Maafkan luka yang telah terukir di hamparan pasir yang membentang luas dengan indahnya. Tidak bermaksud mengukir luka itu, hanya ketenangan dan kedamaian diri yang diinginkan saat pasir itu diam dalam heningnya pagi ataupun malam
  2. Luka yang pernah terukir tak mudah lari begitu saja terseret ombak di pantai, namun  butuh sinar rembulan yang memancarkan keindahannya dan diiringi tarian bintang-bintang yang dapat menghapus luka itu secara perlahan
  3. Butuh waktu untuk menghapus luka,seperti butuh waktu untuk mengenalmu dulu.
  4. Luka itu perlahan akan runtuh dan menghilang bersamaan dengan gugurnya daun-daun itu dari rantingnya.
  5. Terima kasih telah menghapus luka di saat badai angin bertiup dengan kencangnya.

#MenggalauMelankolis :) 

Pict : Remove wound solitude

Minggu, 20 Juli 2014

Edelweis yang Abadi nan Cantik






Edelweis merupakan jenis bunga yang pasti sudah tak asing lagi bagi para penggiat alam bebas mendaki gunung, karena bunga abadi ini saat ini hanya mampu tumbuh dan besar di ketinggian gunung dan memerlukan sinar matahari penuh. Bunga cantik ini memang akrab dengan para pendaki dan mengilhami banyak orang melalui keindahan dan keabadian yang ditampilkannya. Tak heran kalau bunga ini disebut sebagai bunga abadi, karena mekar dalam waktu yang cukup lama.


Edelweis (kadang ditulis eidelweis) dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus.

Bunga Edelweiss sangat popular di kalangan wisatawan. Bunga ini dikeringkan dan dijual sebagai souvenir. Kondisi ini menyebabkan spesies tanaman ini mengalami kelangkaan. Saat di pegunungan terdapat larangan untuk memetik bunga ini terpampang jelas, namun kerap kali pemetikan bunga Edelweiss sulit dihindarkan dari tangan - tangan jahil yang mencoba menyelundupkan bunga tersebut. Sungguh malang nasibmu sekarang Edelweis ku sayang.


Sabtu, 31 Mei 2014

Lensa Teman Setiaku



      Sang Pembantu dalam Perjalanan Hidup - Lensaku

     Lensaku. Kau sungguh berarti dalam setiap langkah ini. Setiap saat kau selalu menemani kemana diri ini melangkahkan kaki. Di hamparan pesisir, di atas awan, di bawah derasnya air, bahkan di hamparan bentang alam yang indah, kau selalu setia menemani langkah kaki yang kuayunkan ini. Saat suka maupun duka, kau selalu ada bersamaku. Di saat menikmati sunrise bahkan sunset sekalipun, tak pernah aku meninggalkanmu. Oh Lensaku…
    
    Mungkin orang lain bisa hidup tanpamu, tapi saat ini aku masih tergantung denganmu. Aku terlanjur nyaman denganmu. Semakin tebal lensa ini semakin aku tak bisa lepas darimu. Ingin kulepas darimu tapi tak berarti meninggalkanmu. Aku hanya lelah bila harus selalu tergantung denganmu. Aku ingin merasakan keindahan alam ini tanpa harus bergantung denganmu. Aku ingin memandang bebas dan luas dari kekayaan biodiversitas alam yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta alam ini.

     Lensaku Sayang. Tetaplah kau pada ukuranmu. Janganlah kau bertambah tinggi, tapi bertambah rendah pun aku ingin. Ya seperti itu keinginanku…
Alam ini begitu luas dan indah untuk dinikmati dengan mata yang bebas. Tapi aku juga tak menyalahkan keberadaanmu yang selalu menemani langkahku. Berkat kamu aku bisa melihat perbedaan. Perbedaan yang harus dibedakan dalam perjalanan hidup ini.
Terima kasih Lensaku. Kau sudah lama setia menemaniku dalam keadaan apapun. 


Cantigi yang Menarik Hati



Cantigiku Sayang...

Mungkin banyak yang mengenal Edelweiss, tapi tidak dengan Cantigi. Dia begitu indah tumbuh di sepanjang jalan menuju puncak gunung. Si Edelweiss yang lebih sering dikenal orang tak membuat Si Cantigi tak menampakkan pesonanya. Pesona menawan yang selalu ia pancarkan membuat semangat pendaki dalam melangkahkan kakinya menuju puncak tujuan. Kau memang sungguh menawan Cantigi.
Cantigi yang Manis

Memang aku baru mengenalmu, tapi aku cukup tau tentangmu dan akan melestarikanmu untuk tetap hidup di ayunan-ayunan yang kau inginkan. Tanpa harus dirusak oleh tangan-tangan perusak alam. Terima kasih Cantigi, kau menjadi salah satu bunga yang kini menjadi bunga favoritku :)