Blogger Widgets

Minggu, 24 Juni 2012

ADOPSI, DIFUSI, DAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI INDONESIA


TUGAS PRAKTIKUM DASAR KOMUNIKASI
“ADOPSI, DIFUSI, DAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI INDONESIA”













OLEH :
NAMA           : FITRIA LAILATUR ROSIDA
NIM                : 115040100111092
KELAS          : A


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012


ADOPSI, DIFUSI, DAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
DI INDONESIA

Pertanian merupakan sektor yang menunjukan keberhasilan dalam proses difusi teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi pertanian yang digunakan oleh masyarakat. Teknologi tepat guna (TTG) merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil dan menengah, bahkan produk yang bersifat kerakyatan.
Lembaga yang dinilai telah berhasil melakukan proses difusi teknologi tepat guna dalam bidang pertanian antara lain adalah instansi pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian) dan instansi non-pemerintah, baik industri maupun LSM. Keberhasilan difusi teknologi pertanian di masyarakat, tidak terlepas dari mekanisme difusi yang digunakan lembaga pelaku difusi dalam mentransformasikan inovasinya. 

PENGERTIAN - PENGERTIAN
Ø  Inovasi merupakan suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu daerah tertentu.
Ø  Adopsi teknologi pertanian merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi.
Ø  Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan meningkatkan daya guna potensinya.

Keberhasilan difusi teknologi dipengaruhi oleh empat faktor penting, yakni inovasi itu sendiri, bagaimana informasi tersebut dikomunikasikan, waktu yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan, dan sistem sosial masyarakat (termasuk keterampilan) serta kondisi alam tempat inovasi tersebut diintroduksikan . Di samping itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses difusi adalah jenis teknologi yang didifusikan serta sistem kelembagaan yang mendukungnya. 
Difusi teknologi pada dasarnya terjadi melalui beberapa saluran, antara lain:
1) Difusi teknologi antar perusahaan
2) Difusi teknologi antar unit dalam perusahaan
3) Difusi teknologi antar penyedia teknologi dengan pengguna
4) Difusi teknologi antar lembaga litbang dengan pengguna.

Pokok-pokok pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan pertanian, sebagai berikut:
1.      Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-menerus untuk me-ngenalkan, menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar tahu, mau, dan mampu menerapkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).
2.       Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan tidak kenal berhenti, untuk memperhatikan, menerima, memahami, meng-hayati, dan menerapkan teknologi terpilih yang disuluhkan.
3.      Adopsi inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam praktek berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).

Dalam penyebaran inovasi teknologi melalui pendekatan komunikasi diperlukan perpaduan antara aspek antropogis, sosiologis dan psikologis. Ke tiga aspek tersebut mempunyai hubungan erat antara satu sama lain dalam merubah perilaku manusia. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai agent of technology, sebagai salah satu komponen pengubah perilaku petani, dan sebagai pembawa pesan teknologi ke petani belum memahami secara baik tentang aspek-aspek antropologi, sosiologi dan psikologi. Pesan-pesan inovasi dari PPL baik melalui komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa belum mampu meyakinkan petani untuk mengadopsi teknologi secara cepat. Hal ini menunjukkan adanya persoalan-persoalan psikologi dari penerima pesan inovasi (petani), seperti sikap kehati-hatian dan persepsi yang salah terhadap teknologi tersebut. Selain faktor psikologis yang menghambat percepatan adopsi teknologi, juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan kebijakan.


KARAKTERISTIK DIFUSI DAN ADOPSI
Tahapan dalam proses pengambilan keputusan oleh pelaku terhadap inovasi baru yang ditawarkan kepada mereka yaitu (Rogers and Shoemaker, 1971):
1.      Adanya kesadaran (awareness), sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi baru, misalnya teknologi pertanian spesifik lokasi.
2.      Tumbuhnya minat (interest) yaitu keinginan kelompok sasaran untuk bertanya atau mengetahui tentang adanya inovasi baru.
3.      Munculnya penilaian (evaluation) dari kelompok sasaran atau pengguna lainnya terhadap baik, buruk, dan manfaat dari inovasi baru yang diperkenalkan kepada mereka.
4.      Ada keinginan kelompok sasaran untuk mencoba (trial) dalam skala kecil sebelum menerapkan dalam skala yang lebih luas.
5.      Akhirnya berdasarkan kondisi tersebut di atas, kelompok sasaran akan mengambil keputusan untuk menerima dan menerapkan (adoption) inovasi yang mereka terima, atau menolak (rejection) inovasi tersebut.

Berbagai variabel yang mempengaruhi proses dan kecepatan difusi dan adopsi suatu inovasi, misalnya teknologi pertanian spesifik lokasi meliputi:
·         Sifat inovasinya
Inovasi dalam proses adopsi dan difusi suatu teknologi termasuk teknologi pertanian menurut dapat dilihat dari berbagai sifatnya yaitu (Slamet, 1978; Rogers and Shoemak, 1971; Rogers, 1983):
1.    Sifat intrinsik seperti keunggulan teknis, ekonomis, sosial dan budaya dari inovasi yang diperkenalkan.
2.    Sifat kerumitan inovasi (complexity).
3.    Kemudahan inovasi diterapkan (triability).
4.    Kemudahan inovasi diamati (observability).
5.    Sifat ekstrinsik seperti kesesuaian (compatibility) inovasi dengan lingkungan, dan tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan.



·         Sifat sasarannya
   Kelompok sasaran dikelompokkan menjadi perintis (innovator), kelompok pelopor (early adopter), kelompok penganut dini (early majority), kelompok penganut lambat (late majority), dan kelompok orang-orang kolot (laggard).

·         Karakteristik individu
1.      Umur (tahun).
2.      Pendidikan (tahun)
3.      Status sosial ekonomi.
4.      Pola hubungan (localite vs cosmopolite).
5.      Keberanian mengambil resiko.
6.      Sikap terhadap perubahan.
7.      Motivasi berkarya.
8.      Aspirasi.
9.      Fatalisme, tidak ada kemampuan mengontrol masa depan diri sendiri.
10.  Dogmatis, sistem kepercayaan tertutup.

·         Cara pengambilan keputusan
1.      Keputusan individu.
2.      Keputusan kelompok.
3.      Keputusan otorita.

·         Saluran komunikasi yang digunakan
1.      Media masa.
2.      Interpersonal (face to face).
3.      Kelompok.






DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1. 2012. Adopsi Inovasi dan Teknologi Pertanian(Online), http://www. sumber-artikel.com/docs/adopsi-inovasi-dan-teknologi-pertanian.html#. Diakses tanggal 26 April 2012.
Anynomous2. 2012. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART03-1a.pdf. Diakses tanggal 26 April 2012.
Sukarjo. 2012. Inovasi dalam Pertanian. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/inovasi/ kl1106-ek70.pdf. Diakses pada 26 April 2012.