Blogger Widgets

Selasa, 24 September 2013

PERILAKU KONSUMEN MODUL 2


TUGAS TERSTRUKTUR
PERILAKU KONSUMEN MODUL 2
Kerangka Kerja Konseptual Pengambilan Keputusan Konsumen



Disusun Oleh :
Kelas F (Kelompok 1)
Fariz Ryan Vicky                  115040100111079
Rani Chandra A.W.              115040100111086
Fitria Lailatur R.                    115040100111092
Hamigian Shofi Kh.              115040100111158
Rofi’ul Malika S.                   115040100111171
Siti Fatimah M.N.                 115040101111238




PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013



1)   Deskripsikan empat elemen model analisis perilaku konsumen.
a.    Komposisi kognitif dan Afektif
1.    Komposisi kognitif
Komponen inni terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang objek. Pengetahuan tentang objek dapat diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang tertanam dalam memori. Aspek kognitif biasa terjadi melalui proses berpikir sadar ataupun dapat terjadi secara tidak sadar. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievakuasi secara alami. Semakin positif setiap kepercayaan terhadap suatu merek dan semakin positif setiap kepercayaan, maka keseluruhan komponen kognitif akan mendukung, yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap ini.
Contoh :
Misalkan pada produk es cream, ketika konsumen ditanya apa pandangan mereka tentang merek ini, maka bisa jadi jawabannya satu diantara berikut: rasanya enak, harganya terjangkau, sehat dikonsumsi, dan masih banyak kemungkinan jawaban konsumen lain, namun yang pasti jawaban-jawaban diatas menjelaskan keyakinan dan pengetahuan konsumen pada atribut-atribut es cream. Benar salahnya jawaban konsumen tersebut tidak menjadi masalah, karena yang penting adalah eksistensi atribut tersebut. Semakin positif keyakinan konsumen terhadap produk, makan semakin positif pula sikap konsumen terhadap produk.
2.    Komponen Afektif
Merupakan perasaan atau emosi kita terhadap objek tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau rasa tidak suka. Umumnya, keyakinan konsumen akan suatu produk melekat erat dengan perasaannya. Emosi yang melekat pada keyakinan konsumen sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi internal individunya. Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu objek menunjukan komponen afektif dari sikap. Konsumen yang menyukai suatu produk merupakan hasil dari emosi atau evaluasi afektif dari suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa adanya informasi kognitif atau kepercayaan tentang atributnya produk tersebut. Atau merupakan hasil evaluasi dari penampilan pr oduk pada setiap atributnya. tanggapan afeksi beragam, misal penilaian positif atau negatif dan rasa senang atau tidak senang.
Jelasnya perasaan suka atau tidak suka inni banyak ditentukan oleh keyakinan konsumen, nemun belum tentu setiap konsumen yang memiliki keyakinan yang sama akan menunjukan emosi yang sama. Hal ini disebabkan karena masing-masing individu memiliki situasi latar belakang yang berbeda. Perasaan yang merupakan hasil evaluasi dari atribut produk ini dapat juga mempengaruhi keyakinan konsumen bahkan bisa merubah keyakinannya.
Contoh :
Misalkan pada produk es cream, ketika konsumen ditanya apa pandangan mereka tentang merek ini, maka bisa jadi jawabannya satu diantara adalah rasa es cream campina lebih enak dikonsumsi dan masih banyak kemungkinan jawaban lain, namun yang pasti alasan diatas menggambarkan perasaan konsumen pada produk es cream campina. Perbedaan penilaian antara satu konsumen dengan konsumen lain tersebut tidak menjadi masalah, karena afeksi melibatkan emosi, status perasaan, dan suasana hati konsumen. Semakin baik perasaan konsumen terhadap produk, maka semakin baik pula sikap konsumen terhadap produk.
b.    Lingkungan konsumen
Lingkungan adalah rangsangan fisik dan sosial yang diciptakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsumen. Termasuk didalamnya benda-benda, tempat, dan oranglain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta perilakunya.
Lingkungan mampu menstimulus seseorang agar terpengaruh dengan adanya kondisi lingkungan tertentu. Aspek lingkungan ini terkadang dikaitkan dengan strategi pemasaran yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Seorang pemasar harus memahami kondisi lingkungan yang ada guna menjalankan strateginya. Untuk itulah, suatu kondisi lingkungan penting untuk memahami perilaku seorang konsumen.
c.    Perilaku (behaviour)
Suatu perilaku yang dapat timbul karena adanya proses afeksi (perasaan) dan kognisi (pemikiran). Seseorang dikatakan berperilaku karena mempunyai perasaan dan pemikiran tertentu, sehingga dapat menimbulkan suatu tindakan melihat dan bahkan juga membeli suatu produk.
Contoh :
Seorang petani membeli bibit dan pupuk di gapoktan karena di gapoktan menyediakan bibit dan pupuk dengan harga murah dan bisa membayar setelah panen, petani bisa saja membeli bibit dan pupuk dari toko pertanian tetapi harga di toko pertanian lebih mahal walaupun di toko pertanian lebih tersedia berbagai macam bibit dan pupuk.
d.   Strategi pemasaran
Strategi pemasaran merupakan suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Seperti pemasaran dengan pendekatan relasional yang berfokus kepada pemenuhan kebutuhan, kepuasan, dan kesenangan konsumen. Artinya setelah transaksi selesai, konsumen tidak dibiarkan begitu saja yang akan mudah berpindah ke produk yang lain. Akan tetapi menciptakan kesetiaan bagi konsumen (pelanggan) dengan memahami apa yang diinginkan konsumen. Dalam konteks hubungannya dengan perilaku konsumen. Efektifitas dan strategi pemasaran dapat ditunjukan dengan kemampuannya mempengaruhi dan merubah aktifitas-aktifitas konsumen untuk mencapai apa yang menjadi sasaran dari strategi pemasaran. Apabila strategi pemasaran itu diarahkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen, maka setiap elemen dalam pemasaran (segmentasu, produk, harga, ditribusi, dan promosi) harus bekerja dalam rangka menjawab permasalahn seputar perilaku konsumen. Sebagai contoh, apabila suatu perusahaan ingin menciptakan dan mengembangkan suatu barang maka pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah kepada kelompok konsumen mana produk itu diarahkan (segmentation). Adanya strategi pemasaran yang diciptakan oleh pemasar akan mampu mempengaruhi perasaan dan pemikiran seseorang, selain itu strategi pemasaran ini menstimulus afeksi dan kognisi seseorang melalui lingkungannya. Hubungan-hubungan diatas pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan yang disebut dengan perilaku seorang konsumen.

2)   Jelaskan bahwa hubungan timbal-balik (reciprocal determinism) lebih mencerminkan fenomena riil dalam proses pengambilan keputusan konsumen dari pada hubungan satu arah (sebab-akibat)
Karena hubungan satu arah sebab-akibat berfokus pada dampak kausal; misalnya hubungan antara kognitif dan perilaku, dampak kausal lingkungan pada perilaku. Sedangkan hubungan timbal balik merupakan bentuk interaksi yang berkesinambungan atau penetapan timbal-balik (reciprocal determinism) menjelaskan hubungan secara simultan dari keseluruhan elemen (efeksi dan kognisi, perilaku, lingkungan serta strategi pemasaran).  Artinya hubungan timbal-balik mengindikasikan aksi saling menguntungkan diantara elemen, dan penetapan mencerminkan dampak yang diakibatkan oleh elemen tersebut sehingga lebih mencerminkan fenomena riil dalam proses pengambilan keputusan konsumen.
Jadi, proses timbal balik ada proses mengetahui balik informasi yang ingin dicari dari yang lain, yang mana hal tersebut dapat membantu konsumen mengambil keputusan bagaimana suatu hal yang akan diambil tersebut akan baik ataupun buruk untuk kedepannya. Sedangkan jika hanya satu arah saja, konsumen itu sendiri tidak mendapatkan informasi balik ke dia, tetapi konsumen seperti ini hanya bertindak sesuai kemauan sesaat atau tidak ada pertimbangan lebih lanjut.

3)   Aplikasikan contoh model pengambilan keputusan pembelian produk pertanian organik untuk tingkatan analisis konsumen individu dan organisasi (toko/supermarket)!
a.    Contoh model pengambilan keputusan pembelian produk organic untuk tingkat analisis konsumen  individu
Ibu rani mendapatkan informasi tentang sayuran organic saat sedang menonton televise. Kemudian saat ibu rani sedang berbelanja di supermarket di pusat perbelanjaan beliau tertarik untuk melihat – lihat (stimulus). Saat melalui rak lorong sayuran, ibu rani mulai melihat kondisi fisik sayur organic dan harga sayur organic tersebut (need recognition). Ibu rani ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sayur organic dengan mencari informasi bagaimana kelebihan sayur organic dibandingkan dengan sayur anorganik secara rinci.maka, ia pun mulai bertanya pada pramuniaga. Ketika pramuniaga memberikan penjelasan yang lebih rinci maka ibu rina mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang sayur organic ( attention). Penjelasan dari pramuniaga tersebut menimbulkan keingina yang semakin kuat untuk membeli sayur organic (motivation). Setelah termotivasi, ibu rani merasa cocok dengan sayur organic yang terdapat di rak sayuran. Dan dia berfikir bahwa sayur organic tersebut dapat memuaskan kebutuhannya (satisfier evaluation). Ibu rani kemudian memutuskan untuk membeli sayuran organic tersebut. Setelah melakukan pembelian, ibu rani melakukan evaluasi terhadap sayur organic yang telah di belinya. Apabila cocok ditandai dengan adanya kepuasan, dan begitu pula dengan sebaiknya (action evaluation). Jika sayur organic yang dibeli ternyata mampu memberikan kepuasan, maka akan menjadikan untuk membelinya lagi (habit).
Klasifikasi Tahapan
Person factor               : kognisi
Mediational center      : diri sendiri
Social factor                : lingkungan
Stimuli                         : strategi
Need recognition         : afeksi
Tension                        : afeksi
Motivation                   : afeksi
Satisfier evaluation      : afeksi
b.    Contoh model pengambilan keputusan pembelian produk organic untuk tingkat analisis konsumen  organisasi
Melalui tren yang ada saat ini, masyarakat sedang gencar – gencarnya melakukan pola hidup sehat, salah satunya yaitu dengan mengkonsumsi sayuran organic (information source). Melihat peluang yang menjanjikan tersebut sebuah supermarketmuali membidik peluang bisnis dalam pengadaan sayuran organic. Pihak quality control menghendaki sayuran organic yang mempunyai kualitas baik. Sedangkan manajer keuangan mengharapkan dapat memperoleh sayuran organic dari supplier dengan harga yang rendah (expectation). Dari kedua belah pihak tersebut menyadari bahwa jika terus – menerus mencari sayuran organic yang murah dengan kualitas prima, maka perusahaan akan kehilangan peluang untuk menyediakan sayuran organic yang dibutuhkan konsumen (industrial buying process).  Kedua perbedaan pemikiran tersebut dapat dinegosiasikan (conflict resolution) sehingga diperoleh suatu keputusan untuk memilih supplier sayuran organic yang mampu memberikan kualitas dan harga yang pantas dan memenuhi syarat bagi perusahaan (supplier and brand choice).
Klasifikasi Tahapan
Background of individual                   : afeksi
Product and company specific factor : strategi pemasaran
Information source                              : kognisi
Active search                                       : perilaku
Perceptual distortion                           : lingkungan
Expectation                                         : afeksi
Industrial buying process                    : strategi pemasaran
Supplier or brand choice                     : strategi pemasaran
Situstional factor                                 : lingkungan




DAFTAR PUSTAKA

Peter, j. paul dan olson. 1999. Consumer behavior : perilaku konsumen dan strategi pemasaran, erlangga. Jakarta
Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Runisa. 2013. Elemen Model Analisis Perilaku (online),  http://runisa07.blogspot.com/2013/03/4-elemen-model-analisis-perilaku.html. Diakses pada 22 September 2013.
Widodo, Slamet. 2011. Perilaku Konsumen (online), http://slametwidodo89.blogspot.com/2011/02/perilaku-konsumen.html. Diakses pada 22 September 2013.